Indonesia Sudah Toleran

Cukup aneh melihat tagline yang semisal Melawan Intoleransi dan kawan-kawannya. Kata-kata demikian saya lihat di baliho salah satu calon legislatif. Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah. “Memang negeri sebaik ini ada intoleransi ya?”

Seolah-olah setiap hari sedang terjadi perang dan lainnya. Padahal dalam setiap percakapan orang-orang luar yang datang ke sini, mereka selalu bilang bahwa negeri ini orang-orangnya ramah, baik dan yang lainnya.

Tagline semacam ini cukup provokatif dan bahkan merusak tatanan ketenteraman negeri ini.

Apalagi kalimat macam ini keluar dari mulut calon legislatif. Pada akhirnya kata intoleransi ini akan menyerang mayoritas di negeri ini. Padahal masih banyak yang harus dilawan selain intoleransi.

Negeri ini sudah bermacam-macam dari zaman dulu kala. Dan sampai sekarang pun Indonesia masih aman saja. Jangan sampai kalimat semacam ini hanya untuk menggaet suara masyarakat semata.

Kalau memang negeri ini tidak toleran, mungkin minoritas di negeri ini sudah dihancur leburkan. Tapi kenyataannya hal itu tak terjadi di bumi Indonesia.

Kenyataannya, minoritas yang dihancurkan adalah minoritas yang tinggal di luar Indonesia. Jangan semata-mata karena anda minoritas, anda pun menjadi kurang ajar. Dan bahkan seolah-olah ingin melakukan permusuhan.

Malulah kepada para pahlawan yang sudah berjibaku berperang demi negeri ini. Dulu musuh mereka hanya satu, yakni penjajah dan seluruh antek-anteknya.

Jika anda memang masih ingin menyuarakan melawan intoleransi. Saya justru ragu, apakah anda ini antek-antek penjajah di zaman yang sekarang?

Semoga saja tidak…

Don’t Make Stupid Become Famous

Akhir-akhir ini seringkali kita melihat orang-orang yang “bodoh” jadi terkenal. Sengaja saya berikan tanda kutip, karena itu menandakan kebodohan anda bisa merugikan orang-orang yang pintar jadi ikut bodoh juga.

Pada dasarnya, cara paling cepat untyuk membuat orang menjadi terkenal adalah dengan cara menghujatnya berulang-ulang. Kegiatan pengulangan ini bisa memberi peluang agar orang tersebut menjadi dikasihanai.

bahkan mungkin, orang yang awalnya tidak terkenalpun bisa menjadi terkenal karena seringnya dihujat di dunia maya. 

Karenanya, kita sebagai orang pintar jangan terbawa-bawa untuk menghakimi orang semacam itu. Karena dengan menghujat seperti itu justru akan menaikan popularitas mereka.

Dan tentunya hal ini menjadi incaran media mainstream masa kini. Oran-gorang bodoh ini akan dibaca oleh orang yang tak tahu hingga orang yang tahu. 

Cara paling ampuh menghilangkan orang seperti ini adalah dengan cara meninggalkannya. Hukuman sosial semacam ini akan memberikan efek jera untuk mereka.

Pada dasarnya masyarakat banyak adalah hakimnya. Ketika hakim membiarkan orang bodoh semcam ini merajalela tinggal di negeri kita. Pada akhirnya negeri ini akan terisi oleh orang-orang semacam itu.

Sangat disayngkan bukan?

Menjadi Bapak Part4

Adam terbangun, dirinya sudah memiliki prinsip yang kuat bahwasanya menjadi bapak adalah hal yang sangat tidak menyenangkan. Apalagi ketika kondisi ekonomi dalm keadaan turun.

Menurutnya, seorang bapaklah yang bertanggungjawab atas terjadinya hal itu. Dirinya juga tak sudi menjadi Ayah atau Bapak, karena dulu ayahnya di hina habis-habisan oleh keluarganya sendiri.

Alasannya pasti kita tahu sendiri, karena sang Ayah jatuh “miskin”.

“Aku lebih baik hidup sendiri saja”
“Muak rasanya bila harus bersengketa tiada ujung, karena dalam keadaan miskin” jeritnya dalam hati.

Bagi Adam, hidup itu harus penuh perhitungan. Jangan hanya karena cinta langsung seruduk ke pelaminan saja. Bagi Ia penting untuk mandiri secara keuangan terlebih dahulu.

“Problem orang-orang saat ini adalah duit”

Adam pun sambil berujar, “dimana ada duit di situ ada jalan”. Itulah salah satu kelakar yang dimiliki Adam.

Adam sangat tidak setuju bila ada orang yang bilang duit bukan segalanya. Kalau duit bukan segalanya, terus anda makan pakai apa. Itu adalah sekelumit kalimat yang selalu ia lontarkan kepada orang-orang yang menganggap uang bukanlah segalanya.

Bagi Adam yang terbaik saat ini adalah mengahabiskan waktu untuk bekerja, bekerja, dan bekerja. Adam ingin hidup lebih layak dibandingakan bapaknya.

Dehidrasi

Dua hari yang lalu Sahlin masuk ke Rumah Sakit. Waktu itu dokter bilang kalau Sahlin dalam keadaan dehidrasi yang parah. Istriku sontak waktu itu terkejut bahkan menagis. Aku sebagai seorang bapak hanya bisa pasrah dan harus tetap tenang di depan istriku.

Saat ini istriku masih dalam pemulihan pasca melahirkan. Sebulan yang lalu dirinya diserang baby blue. Baby blues adalah salah satu penyakit yang menyerang beberapa istri pasca melahirkan. 

Berdasarkan artikel yang kubaca, baby blue ini menyerang 80% istri yang melahirkan. 

Kembali lagi ke masalah dehidrasi, pasca dehidrasi kondidi istriku mulai naik turun. Seperti akan terkena baby blue lagi. Aku sadar itu adalah hal yang wajar. Ketakutan seorang ibu karena takut anaknya sakit adalah hal yang amat wajar.

Sebagai seorang Ayah dan Suami, aku harus bisa menjaga dua orang yang kukasihi ini. Sebisa mungkin aku harus bisa menjaga waktu agar bisa bercengkerama dengan Sahlin dan istriku. 

Saat melihat istri sedih kala Sahlin di bawa ke RS, aku sangat kasihan melihat istriku. Tapi aku yakin, istriku amat tangguh menghadapi ini semua. Saat ini Sahlin masih dalam masa pemulihan.

Anaku ini ditarget agar berat badannya bisa naik. Setiap hari kami berusaha agar asupan susunya terpenuhi. Kami pun berihtiar dengan cara memberikan ASI langsung, ASI perah, hingga susu formula. 

Alhamdulillah sedikit dmei sedikit, berat badannya mulai naik. Meskipun demikian, kehawatiranku selama ini ternyata terjadi. Istriku masih berada dalam lingkaran takut. Aku sadar inilah peranku sebagai Suami, kita para lelaki harus lebih tangguh untuk membuat istri kita kuat menghadapi cobaan ini.

Semoga Allah SWT menemani langkah kami dalam hal ini.

10 Desember 2018

Membangun Media Positif

Media menjadi ujung tombak imformasi yang mencakup banyak tempat. Dari yang terpencil hingga yang ada di pusat keramaian. Media bisa menjadi jalan untuk mendapatkan banyak informasi.

Mulai dari informasi yang berguna hingga tidak berguna. Akhir-akhir ini kesadaran masyarakat kita dalam hal media sangat tinggi. Masing-masing dari kita mulai peduli terhadap “Media” ini.

Pada dasarnya media sendiri merupakan cerminan dari masyaraktnya. Semakin baik masyarakat maka semakin baik pula medianya. Namun hal itu juga berlaku sebaliknya. Masyarakat lokal maupun global sekali lagi memiliki kontrol terhadap media.

Bayangkan saja bila satu masyarakat dalam sebuah negara tidak setuju terkait media yang provokatif atau bahkan bohong, ya mereka bisa merangsek untuk menghancurkan media seperti itu. Hanya saja kalau sampai merangsek pasti masyarakat tersebut akan di labeli “barbar“.

Media pun memiliki peran besar terhadap pelabelan seseorang. Misalkan label toleransi, radikal dan lainnya. Sebagai manusia yang lahir di abad ke 21 ini, sudah seyogyanya kita menjadi masyarakat yang kritis terhadap media.

Karena bagaimanapun, hadirnya media informasi disekeliling kita adalah tanggung jawab bersama. Jangan hanya menyalahkan dan menyalahkan. Dalam negara demokrasi terutama. Setiap masyarakat harusnya jeli dengan banyaknya share-share an di zama now seperti sekarang.

Setiap kali kita mendapati link dari seseorang, hal pertama yang harus dilihat yang sumbernya dulu pasti.

Lagi dan lagi, kita sebagai masyarakat modern memiliki kekuatan yang besar untuk menentukan nasib negeri kita dari media yang tak benar, bahkan berpihak terhadap suatu individu atau kelompok.

Yang harus dipahami saat ini, media baik itu online maupun cetak tidak ada yang independent. Tapi saat ini mereka semua yakni media memiliki keberpihakan. Entah ke arah kiri, kanan, atas, bawah, depan ataupun belakang. Karenanya mari kita berusaha menjadi masyarakat yang bisa memagari media ini.

Jangan sampai media menjadi alat untuk pemecah bahkan penghancur bangsa.

Menjadi Bapak Part3

Adam meyakini satu hal dalam hidup ini. Dalam dunia yang kejam seperti ini, logika menjadi alat utama yang harus dipakai.

“Dunia semakin hari semakin tak jelas” selorohnya saat masuk ke ruang kantor. Adam yakin, saat saat menjadi bapak adalah saat yang bisa menyusahkan hidupnya dia. Karenanya di tahun ini, Adam tak membuat resolusi untuk segera menjadi calon Bapak.

Suatu saat, keputusaanya ini akan berubah dari sebuah keyakinan menuju keputusasaan tiada henti.

Pada akhirnya, Adam merasa jika menjadi seorang Bapak adalah opsi terakhir dalam hidup. Dia berfikir, di kota besar seperti sekarang ini bukanlah saat yang tepat untuk berfikir ke arah sana.

Adam ingin menguras semua masa mudanya untuk karir. Baginya, karir adalah Tuhan yang akan menuntun dia pada kesenangan duniawi.

Nongki-nongki, jalan-jalan dengan siapapun, menghabiskan uang, dan kesenangan lainnya. Namun demikian, Adam tetaplah Adam. Lelaki desa yang tetap taat menjaga diri dari hal-hal yang dilarang orangtuanya.

Adam tetap setia menjaga dirimya dari minum-minuman dan main perempuan.

Seiring berjalannya waktu, manusia akan senantiasa mengalami perubahan dari balita hingga menjadi tua. Itu pula kelanjutan kisah hidup Adam ke depannya.

Akan ada masa di mana waktu memaksa dirimya untuk harus menjadi Bapak.

Menjadi Bapak memamg bukan pilihan, tapi menjadi Bapak adalah karunia Tuhan yang akan senantiasa menghampiri lelaki yang terus mengalami kerontokan umur.

Menjadi Bapak bukanlah pilihan. Tapi ia adalah perintah Tuhan yang akan senantiasa menanti para perjaka.

Menjadi Bapak Part2

Fajar sudah memperlihatkan bentuknya, tapi Adam senantiasa berfikir terhadap apa yang menjadi bahan perbincangan dirinya dan temannya tadi malam.

“Menjadi bapak apa enaknya ya?” pikirnya ketus dalam hati.

Dirinya senantiasa mengingat masa lalu ketika sang Bapak kesusahan dalam mencari uang untuk keluarga, kerja pontang-panting dan masih banyak lagi pikiran di otaknya yang ingin memberi tahu bahwa menjadi bapak bukan hal yang gampang.

Karenanya dia pun berfikir ulang, “Buat apa aku menjadi bapak”

“Toh sepertinya malah akan menjadi sulit”
“Enakan sekarang”

“Tidak ada tanggungan, kemana-mana juga gampang”

Itulah sekelumit pikiran yang berkelebat dalam diri Adam.

Namun lagi-lagi pikirannya yang lain malah senantiasa bilang bahwa, sudah saatnya bagi Adam menjadi Bapak.

Bagi Adam hal demikian adalah hal yang tabu, yang belum maju dia realisasikan sekarang.

Hentikan Basa Basimu

Pernah ga sih ada diantara kita yang sering denger kata-kataini

“Sudah nikah belum?”

“Sudah punya pacar belum?”

“Kuliah di mana?”

“Sekolah di mana?”

“Lulus kapan?”

“Kerja di mana?”

Dan masih banyak lagi pertanyaan menohok yang ga terlalu penting untuk dijawab. Sebenernya apa sih maksud dan niatan dari orang-orang seperti ini menyakan pertanyaan sedemikian rupa. Seperti tak pernah ada habisnya pertanyan itu.

Dulu ketika anda TK atau PG atau apapun itu selalu di tanya TK atau PG di mana? Dan berlanjut ke pertanyaan nanti mau lanjut sekolah di mana? Pada dasarnya pertanyaan di atas semuanya muncul karena rasa sosial orang-orang kita yang tinggi.

Saking tingginya rasa sosial kita menjadi jatuh ke arah kepo akut yang amat sangat berlebihan. Dan tentunya kepo tingkat dewa ini cukup membuat beberapa orang merasa tak nyaman. Alasan itulah yang kadang membuat orang membutuhkan tempat yang sedikit terisolir, mungkin bahasa halusnya private.

Sebenarnya ketika memang anda ingin tahu keadaan seseorang, selayaknya yang haru ditanyakan bukanlah hal demikian.

Tapi justru yang harus ditanyakan adalah “Bagaimana kabarmu?”

“Kamu sehat hari ini?”

“Bagaimana keadaanmu hari ini?”

Pertanyaan diatas tentunya menjadi orang yang ditanya tidak begitu kesal, justru malah mereka akan senang. Karena tentunya merasa diperhatikan. Banyak kejadian bunuh diri yang selama berabad-abad ini terjadi, ya karena masalah pertanyaan yang tak menimbulkan empati pada  si orang yang mau ditanya.

Orang-orang yang berada dalam kondisi depresi ekstra utamanya. Orang-orang seperti ini benar-benar perlu mendapatkan perhatian yang cukup lumayan. Pertanyaan seperti “Kamu kerja di mana sekarang” sebenernya hal yang tak perlu jadi bahan pertanyaan di era seperti sekarang.

Alangkah lebih baik apabila kita menanyakan keadaan kawan kita. Ya atau kalau perlu, sekali-kali ajaklah kawan-kawan disekitar kita untuk berkumpul bersama. Dan tentu pertanyaan yang harus muncul lebih elegan dari biasanya.

“Bro gimana kabarmu hari ini?”

Yaps, jadilah peka terhadap sesamamu. Jangan cuma kepo saja.

Hidup Jangan Cuma Komentar

Jangan hanya komentar

Yap kebanyakan manusia di bumi ini hanya berkomentar tanpa mau terjun langsung

Eh kampret siapapun juga kalo komentar mah bisa-bisa aja. Itulah ungkapan kemarahan yang akan keluar dari mulut beberapa orang yang geram karena hanya cuma dikomentari saja.

Oh men dalam hidup yang fana ini, ayolah jangan berbuat ulah terhadap spesies yang sama dengan anda. Anda kalau emang ga bisa bantu. Ya mingkem aja. Atau kalau perlu ngomong ala kadarnya aja.

“Jangan malah tambah buat orang geram”

Pernah dalam sebuah diskusi, salah satu dosen di Jawa Timur pernah bilang. Orang Jepang itu berbeda sekali dengan orang Indonesia. Itu, adalah kalimat pertama yang meluncur dari bibirnya.

Tentu beberapa orang bertanya tanya dong. Emang bedanya apa, celetuk salah satu peserta diskusi.

Sambil menghela nafas si Dosen langsung bilang. “Orang Jepang itu kalau melihat temannya kesusahan, ga cuma ngasi saran, kritik, dan lain-lain” Itulah kalimat kedua yang mencuat dari perkataan sang Dosen.

Jadi pernah, ada orang sedang kesusahan. Terus yang si Jepang ini ngasi saran. Plus dia juga ikut terjun membantu sang kawan secara langsung. Yap dan akhirnya masalah pun selesai.

Yap, merekalah yang justru memakai asas gotong royong yang selama ini di gagas oleh negera kita tercinta. INDONESIA.

Kita harus malu, karena hanya jadi tukang komen saja. Seengganya berilah mereka bantuan yang bersifat materil. Cuy anda kalau dikasih tahu terkait materil itu jangan hanya terpaku sama Duit. Materil itu bisa berupa tenaga, bantuan alat, dan masih banyak lagi.

Jangan hanya moril yang cuma bialng. SEMANGAT YA. KAMU PASTI BISA. Yaks, itu mah bayi juga bisa ngomong kek begitu.