Menjadi Bapak Part4

Adam terbangun, dirinya sudah memiliki prinsip yang kuat bahwasanya menjadi bapak adalah hal yang sangat tidak menyenangkan. Apalagi ketika kondisi ekonomi dalm keadaan turun.

Menurutnya, seorang bapaklah yang bertanggungjawab atas terjadinya hal itu. Dirinya juga tak sudi menjadi Ayah atau Bapak, karena dulu ayahnya di hina habis-habisan oleh keluarganya sendiri.

Alasannya pasti kita tahu sendiri, karena sang Ayah jatuh “miskin”.

“Aku lebih baik hidup sendiri saja”
“Muak rasanya bila harus bersengketa tiada ujung, karena dalam keadaan miskin” jeritnya dalam hati.

Bagi Adam, hidup itu harus penuh perhitungan. Jangan hanya karena cinta langsung seruduk ke pelaminan saja. Bagi Ia penting untuk mandiri secara keuangan terlebih dahulu.

“Problem orang-orang saat ini adalah duit”

Adam pun sambil berujar, “dimana ada duit di situ ada jalan”. Itulah salah satu kelakar yang dimiliki Adam.

Adam sangat tidak setuju bila ada orang yang bilang duit bukan segalanya. Kalau duit bukan segalanya, terus anda makan pakai apa. Itu adalah sekelumit kalimat yang selalu ia lontarkan kepada orang-orang yang menganggap uang bukanlah segalanya.

Bagi Adam yang terbaik saat ini adalah mengahabiskan waktu untuk bekerja, bekerja, dan bekerja. Adam ingin hidup lebih layak dibandingakan bapaknya.

Membangun Media Positif

Media menjadi ujung tombak imformasi yang mencakup banyak tempat. Dari yang terpencil hingga yang ada di pusat keramaian. Media bisa menjadi jalan untuk mendapatkan banyak informasi.

Mulai dari informasi yang berguna hingga tidak berguna. Akhir-akhir ini kesadaran masyarakat kita dalam hal media sangat tinggi. Masing-masing dari kita mulai peduli terhadap “Media” ini.

Pada dasarnya media sendiri merupakan cerminan dari masyaraktnya. Semakin baik masyarakat maka semakin baik pula medianya. Namun hal itu juga berlaku sebaliknya. Masyarakat lokal maupun global sekali lagi memiliki kontrol terhadap media.

Bayangkan saja bila satu masyarakat dalam sebuah negara tidak setuju terkait media yang provokatif atau bahkan bohong, ya mereka bisa merangsek untuk menghancurkan media seperti itu. Hanya saja kalau sampai merangsek pasti masyarakat tersebut akan di labeli “barbar“.

Media pun memiliki peran besar terhadap pelabelan seseorang. Misalkan label toleransi, radikal dan lainnya. Sebagai manusia yang lahir di abad ke 21 ini, sudah seyogyanya kita menjadi masyarakat yang kritis terhadap media.

Karena bagaimanapun, hadirnya media informasi disekeliling kita adalah tanggung jawab bersama. Jangan hanya menyalahkan dan menyalahkan. Dalam negara demokrasi terutama. Setiap masyarakat harusnya jeli dengan banyaknya share-share an di zama now seperti sekarang.

Setiap kali kita mendapati link dari seseorang, hal pertama yang harus dilihat yang sumbernya dulu pasti.

Lagi dan lagi, kita sebagai masyarakat modern memiliki kekuatan yang besar untuk menentukan nasib negeri kita dari media yang tak benar, bahkan berpihak terhadap suatu individu atau kelompok.

Yang harus dipahami saat ini, media baik itu online maupun cetak tidak ada yang independent. Tapi saat ini mereka semua yakni media memiliki keberpihakan. Entah ke arah kiri, kanan, atas, bawah, depan ataupun belakang. Karenanya mari kita berusaha menjadi masyarakat yang bisa memagari media ini.

Jangan sampai media menjadi alat untuk pemecah bahkan penghancur bangsa.